Kamis, 04 Desember 2014

RESENSI NOVEL "SALAH ASUHAN"



I. PENDAHULUAN

A. Data Fisik Buku
1. Judul : Salah Asuhan
2. Penulis : Abdul Moeis
3. Penerbit : Balai Pustaka
4. Cetakan : 33, 2004
5. Tebal : vii + 262 halaman
6. Kota Terbit : Jakarta
7. Tahun Terbit : 1928
8. Nomor ISBN : 979-407-064-5

B. Latar Belakang
Roman karya Abdul Moeis yang berjudul “Salah Asuhan” ini menceritakan kehidupan masyarakat pada zamannya. Roman ini berbeda dengan roman karya Marah Rusli yang berjudul “ Siti Nurbaya “. Penulis asal Minangkabau ini menceritakan tentang pemuda yang berasal dari Minangkabau, namun perilakunya justru kebarat-baratan karena sejak kecil ia diasuh di Betawi oleh sekolah Belanda. Ibunya bermaksud agar Hanafi menjadi orang yang berpangkat tinggi, namun Hanafi justru lupa dengan adatnya. Roman ini merupakan pembaharu dalam kesusastraan Indonesia dan kedudukan Marah Rusli dan Abdoel Moeis pun ditempatkan orang pada pelopor Angkatan Balai Pustaka.

II. PEMBAHASAN
A. Sistematika Isi Buku
Novel yang berjudul “Salah Asuhan” ini terdiri dari 26 bab.
Bab pertama yang berjudul “Dua Orang Sahabat” menceritakan tentang persahabatan Hanafi, pemuda asli bumiputera dengan Corrie gadis Belanda.

Bab kedua berjudul “Ayah dengan Anak”. Dalam bab ini diceritakan bahwa Corrie meminta pendapat kepada ayahnya mengenai perkawinan campuran antara bangsa barat dan bangsa timur
Bab ketiga berjudul “Bukan Bunda Salah Mengandung”. Dalam bab ini, Ibu Hanafi berbicara dengan Hanafi. Ia menasehati anaknya, namun Hanafi justru menentangnya bahkan menghina adat Minangkabau yang membuat sakit hati ibunya.
Bab ke empat berjudul ‘Dalam Kebimbangan’. Dalam bab ini diceritakan bahwa Corrie merasa bimbang akan perasaannya kepada Hanafi.

Bab ke lima berjudul ‘Dalam Gelombang Perasaan’. Dalam bab ini, Corrie terbawa oleh gelombang perasaan Hanafi kepadanya.
Bab ke enam berjudul ‘Terbang Membubung ke Langit Hijau’. Dalam bab ini, Corrie memutuskan untuk meninggalkan Solok
Bab ke tujuh berjudul ‘Ibu dengan Anak’. Dalam bab ini, diceritakan bahwa Setelah Hanafi sembuh, perlakuan Hanafi sedikit melunak. Kini ia sedikit mendengarkan perkataan Ibunya. Kemudian, Ibunya hendak menyuruh Hanafi untuk menikah dengan Rapiah, saudara sepupunya. Dengan terpaksa Hanafi menuruti permintaan ibunya itu.
Bab ke delapan berjudul ‘Istri Pemberian Ibu’. Dalam bab ini, Hanafi menikah dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, maka setelah menikah tindak tanduk Hanafi semakin menjadi-jadi. Bahkan ia selalu memperlakukan Rapiah sebagai babunya. Bahkan ia juga tidak memperdulikan anaknya yang bernama ‘Syafei’.
Bab ke sembilan berjudul ‘Durhaka Kepada Ibu’. Dalam bab ini, diceritakan bahwa Ibu Hanafi mengingatkan Hanafi akan perilakunya yang kejam dengan Rapiah. Namun Hanafi justru menentang nasehat ibunya. Tidak berapa lama kemudian, Hanafi digigit oleh seekor anjing gila. Kemudian ia di bawa ke rumah sakit yang berada di solok.
Bab ke sepuluh berjudul ‘Bertemu Kembali’. Dalam bab ini, diceritakan bahwa selama di Betawi, Hanafi bertemu kembali dengan Corrie yang saat itu masih tinggal di asrama Belanda hingga berumur 21 tahun.
Bab ke sebelas berjudul’ Pertemuan Jodoh’. Dalam bab ini, diceritakan bahwa Hanafi sudah dipersamakan hak nya dengan orang Eropa. Ia pun berniat untuk tidak akan kembali ke Solok. Di Betawi, ia kembali menjalin hubungannya dengan Corrie.
Bab ke duabelas berjudul ‘Istri Pemberian Ibunya’. Dalam bab ini diceritakan bahwa Hanafi menceraikan Rapiah melalui surat. Namun Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal bersama Ibu Hanafi.
Bab ke tigabelas berjudul ‘Melepaskan Kongkongan’. Dalam bab ini, diceritakan bahwa di ulangtahun Corrie yang ke 21, Hanafi memberikan cincin dan meminta Corrie untuk menjadi istrinya.
Bab ke empatbelas berjudul ‘Hidup Bersuka Ria’ Dalam bab ini, diceritakan bahwa Hanafi dan Corrie telah bertunangan di Semarang.
Bab ke limabelas berjudul ‘Setelah Menjadi Suami Istri’ Dalam bab ini diceritakan bahwa Hanafi dan Corrie telah resmi menjadi sepasang suami istri. Namun kehidupan mereka menjadi semakin buruk. Mereka dikucilkan oleh masyarakat, dijauhkan dari pergaulan, dan tidak mempunyai sahabat.
Bab ke enambelas berjudul ‘Di Dalam Gelombang Kehidupan’. Dalam bab ini, diceritakan bahwa Hanafi dan Corrie menjadi sering bertengkar. Suatu hari Corrie bersenda gurau dengan tetangganya yang bernama Ny. Lian. Hanafi pun mengetahuinya dan menuduh Corrie telah berzina dengan orang lain. Hanafi menuduh seperti itu karena ia tahu bahwa Ny. Lian adalah seorang wanita yang suka merebut istri orang.
Bab ke tujuhbelas berjudul ‘Bercerai’ Dalam bab ini diceritakan bahwa Hanafi memergoki Corrie yang kembali bercakap-cakap dengan Ny. Lien. Hanafi pun kembali menuduh Corrie. Mendengar tuduhan suaminya, Corrie merasa sangat sakit hati kemudian memutuskan untuk bercerai.
Bab ke delapanbelas berjudul ‘Menempuh Kehidupan Baru’. Dalam bab ini diceritakan bahwa setelah bercerai dengan Hanafi, Corrie kemudian melamar pekerjaan diberbagai tempat. Namun mereka selalu mengucilkan Corrie karena tuduhan Hanafi telah menyebar jauh. Akhirnya Corrie pun pindah ke Semarang menjadi pegawai pada Panti Asuhan.
Bab ke sembilan belas berjudul ‘Mertua dan Menantu’. Dalam bab ini diceritakan bahwa Rapiah hidup bersama dengan Ibu Hanafi dan juga Syafei anaknya. Di lubuk hati Rapiah, ia masih mengharapkan Hanafi meski telah menyadari bahwa itu adalah hal yang tak mungkin.
Bab ke duapuluh berjudul ‘Dari Yang Gelap Kepada Yang Terang’. Dalam bab ini diceritakan bahwa Hanafi tersadar bahwa tuduhannya terhadap Corrie adalah salah. Kini ia bergantian menjadi yang dikucilkan atas perlakuannya terhadap istrinya. Ia mencari tumpangan hidup kemana-mana, akhirnya ada seorang sahabat Hanafi yang bersedia memberikan tumpangan kepada Hanafi meski dengan berat hati.
Bab ke dua puluh satu berjudul “ Tali percintaan “ menceritakan bahwa Hanafi merasa bersalah kepada Corrie. Semalam-malam Hanafi tak dapat tidur memikirkan Corrie. Keesokan harinya, Hanafi pergi ke Semarang untuk menemui Corrie di rumah tumpangan Corrie. Namun, Corrie tengah dirawat di rumah sakit karena penyakit cholera yang di deritanya. Akhirnya Corrie meninggal dunia
Bab ke dua puluh dua berjudul “ Bertambah Sempit Alam Rasanya “ menceritakan bahwa saat Corrie telah tiada, Hanafi jatuh pingsan dan harus dirawat di Rumah Sakit Paderi Semarang empat belas hari lamanya. Setelah dokter mengizinkan Hanafi keluar dari rumah sakit, Hanafi mengunujungi makam Corrie, orang yang sangat dicintainya. Setelah itu, Hanafi berpamitan kepada Nyonya Van Dammen untuk meninggalkan Pulau Jawa.
Bab kedua puluh tiga berjudul “ Setinggi-tinggi Melambung, Jatuhnya ke Tanah Jua “ menceritakan bahwa Hanafi meratapi nasibnya, setelah Corrie meninggal.
Bab ke dua puluh empat berjudul “ Di Jalan Hendak Pulang “ menceritakan bahwa Hanafi kembali ke daerah asalnya dan bertemu dengan keluarganya terutama ibunya
Bab ke dua puluh lima berjudul “ Membayar Utang “ menceritakan bahwa Hanafi sakit keras dan akhirnya meninggal dunia.

Bab ke dua puluh enam adalah bab ‘Penutup’. Dalam bab ini, diceritakan bahwa Jasad Hanafi baru dikuburkan setelah dua minggu kematiannya. Setelah adanya pertentangan, akhirnya ia dikuburkan di kuburan orang kampung yang pada awalnya hendak di kuburkan di kuburan orang Belanda.

B. Ringkasan Isi Buku
Hanafi adalah pemuda asli Minangkabau, ia berpendidikan tinggi dan berpandangan kebarat – baratan, karena sejak kecilnya diasuh dengan cara barat. Hanafi menjadi benci dengan adatnya bahkan merendahkan bangsanya sendiri. Hanafi memiliki seorang sahabat sejak kecil, ia adalah Corrie Du Busse yang merupakan gadis cantik asal Belanda.. Karena selalu bersama-sama akhirnya mereka saling mencintai. Tapi mereka tidak dapat bersatu karena perbedaan bangsa dan juga adat. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda, mereka akan dijauhi oleh keluarganya dan akan dikucilkan di masyarakat. Corrie pun akhirnya pergi ke Betawi untuk menghindari Hanafi sekaligus meneruskan sekolahnya. Kemudian ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah yang merupakan sepupu Hanafi. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi tidak mau karenaa ia hanya mencintai Corrie, namun pada akhirnya ia menuruti ibunya dan menikah dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah sama sekali,ia hanya memperlakukan Rapiah selayaknya babu. Hanafi pun juga tidak menghiraukan anaknya yang bernama Syafei, ia tidak menganggap Syafei itu sebagai anaknya.
Suatu hari saat Hanafi sedang berdebat dengan ibunya, tiba-tiba ia digigit oleh seekor anjing gila, dan mengharuskannya ke Betawi untuk berobat. Di Betawi Hanafi bertemu kembali dengan Corrie. Hanafi pun menceraikan Rapiah melalui surat dan memutuskan untuk tidak kembali ke Solok. Kemudian ia menikah dengan Corrie.Perkawinannya dengan Corrie ternyata tidak berjalan baik, kehidupan mereka tidak bahagia. Suatu hari Hanafi menuduh Corrie berzina dengan orang lain, karena sakit hati mendengar tuduhan suaminya, Corrie pun bercerai kemudian pergi ke Semarang dan menjadi pegawai Panti Asuhan.
Hanafi merasa bersalah kepada Corrie. Semalam-malam Hanafi tak dapat tidur memikirkan Corrie. Keesokan harinya, Hanafi pergi ke Semarang untuk menemui Corrie di rumah tumpangan Corrie. Namun, Corrie tengah dirawat di rumah sakit karena penyakit cholera yang di deritanya. Akhirnya Corrie meninggal dunia
Selang beberapa waktu Corrie meninggal dunia. Hanafi pun mengetahuinya, ia sangat sedih, merasa bersalah, dan depresi. Kemudian ia memutuskan untuk pulang ke Solok untuk menemui ibunya, suatu hari ia meminum sublimat hingga meninggal dunia.


III. PENUTUP
A. Penilaian Isi Buku
Novel Salah Asuhan karya Abdul Moeis ini tentunya memiliki kelebihan dan juga kekurangan seperti berikut :
1. Kelebihan
a. Segi Fisik :
– Sampul dan gambarnya menarik
– Kertasnya berkualitas baik karena menggunakan kertas HVS
b. Segi Isi :
– Cerita cukup menarik
– Memiliki banyak amanat bagi para membaca
– Dalam roman ini, Abdul Moeis bertujuan untuk mengingatkan kita agar tidak berperilaku kebarat-baratan dan tidak melupakan adat dan budaya Negara kita. Roman pertama Abdul Moeis ini jelas hendak mempetanyakan kawin campur antar bangsa. Dalam roman ini, tampak jelas mempersoalkan kawin antar bangsa yang tidak menghasilkan kebahagiaan. Jadi selain merupakan bacaan umum, roman “ Salah Asuhan “ juga merupakan bacaan wajib para pelajar.
2. Kekurangan
a. Segi Fisik :
-Tulisannya terlalu rapat
b. Segi isi :
– Bahasanya terlalu banyak menggunakan kiasan sehingga sulit dipahami
– Bahasa kurang efektif

IV. Biografi Penulis
Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli – wafat di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat. Ia juga pernah menjadi anggota VolksraaSetelah menyelesaikan pelajarannya di sekolah rendah Belanda di Bukit tinggi ia melanjutkan pelajaran di Stovia, tetapi tidak sampai selesai. Kemudian, ia mejadi wartawan di Bandung.
Dengan mengetengahkan tokoh Hanafi danlam roman Salah Asuhan, Abdoel Moeis mengkritik sikap dan tingkah laku kaum borjuis yang kebarat-baratan dan lupa daratan. Dalam roman tersebut soal adat masih disinggung-singgungnya, bahkan di kritiknya tajam sekali. Beberapa karyanya berupa roman adalah Surapati, Robert anak Surapati dan Pertemuan Jodoh.



Nama kelompok:
v  Dhea Devanny
v  Windy Arini
v  Dheni Prisma
v  Muhamad Ryan
v  M. Ihsan Fakhri

8 komentar:

  1. resensinya bagus mas, novelnya penuh inspirasi...
    Kunjungi juga artikel kami tentang resensi salah asuhan, novel salah asuhan, sinopsis salah asuhan atau novel abdul muis

    BalasHapus
  2. Novel yang fenomenal. Bagaimana tidak, sampai sekarang pun siswa siswi saya sangat senang dengan novel ini. Kunjungi Juga sinopsis saya tentang Sinopsis Novel Surapati dan Sinopsis Novel Anak Perawan Di Sarang Penyamun

    BalasHapus
  3. ada yang tau link kalo mau novel kah...?terutama novel salah asuhan

    BalasHapus
  4. terima kasih atas resensi yang benar2 bagus dan detail ini
    lanjutkan (y)

    BalasHapus